Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Ams 2:2
· kepada kepandaian: Ams 22:17; 23:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 2:1-9
Matthew Henry: Ams 2:1-9 - --
Setelah meramalkan kehancuran orang-orang yang bersikap degil dalam ketidaksalehan mereka, di dalam pasal ini Salomo memusatkan perhatian kepada me...
- Setelah meramalkan kehancuran orang-orang yang bersikap degil dalam ketidaksalehan mereka, di dalam pasal ini Salomo memusatkan perhatian kepada mereka yang bersedia diajar, dan,
- I. Ia menunjukkan mereka bahwa apabila mau menggunakan sarana pengetahuan dan anugerah dengan tekun, mereka akan menerima dari Allah pengetahuan dan anugerah yang mereka cari (ay. 1-9).
- II. Ia menunjukkan mereka betapa sangat menguntungkannya hikmat itu bagi mereka.
- 1. Hikmat akan memelihara mereka dari jerat orang jahat (ay. 10-15) dan perempuan jahat (ay. 16-19).
- 2. Hikmat akan memimpin dan tetap menjaga mereka di dalam jalan orang benar (ay. 20-22).
- Jadi, di dalam pasal ini diajarkan kepada kita cara memperoleh hikmat dan juga bagaimana harus menggunakannya setelah memperolehnya, supaya kita jangan mencari ataupun menerimanya dengan sia-sia.
Pencarian akan Hikmat Dianjurkan (2:1-9)
- Jauh sebelum ini, Ayub pernah bertanya, “Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?” (Ayb. 28:12-20), dan ia telah memberikan jawabannya secara umum (ay. 23), Allah mengetahui jalan ke sana. Namun, di sini Salomo menunjukkan lebih jauh lagi dari itu, dengan mengatakan kepada kita di mana kita bisa mendapatkannya dan cara kita bisa memperolehnya. Di sini diberitahukan kepada kita,
- I. Sarana apa yang harus kita gunakan supaya memperoleh hikmat.
- 1. Kita harus memperhatikan firman Allah dengan baik, sebab itulah perkataan hikmat, yang dapat memberi hikmat kepada kita dan menuntun kita kepada keselamatan (ay. 1-2).
- (1) Kita harus insaf bahwa firman Allah merupakan sumber dan patokan bagi hikmat serta pengertian, dan bahwa kita tidak perlu ingin menjadi lebih bijaksana daripada yang dikerjakan hikmat atas kita. Kita harus berusaha supaya telinga kita mendengarkan firman dan mencenderungkan hati kita kepada firman-Nya itu. Demikian juga kepada hikmat atau kepandaian itu sendiri. Banyak hal bijaksana yang bisa ditemukan di dalam rancangan manusia, tetapi pewahyuan ilahi dan kehidupan beragama yang sejati yang dibangun di atas hikmat itulah yang merupakan hikmat yang sesungguhnya.
- (2) Oleh karena itu, kita harus menerima firman Allah dengan seluruh pikiran dan menyambutnya, bahkan perintah-perintah dan juga janji-janjinya, tanpa berkeluh kesah ataupun berbantah.Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar .
- (3) Kita harus menyimpan perkataan Allah seperti kita menyimpan harta karena takut dirampok. Kita bukan saja harus menerima tetapi juga menyimpan firman Allah itu di dalam hati kita, supaya senantiasa siap kita gunakan.
- (4) Kita harus mencondongkan telinga kita kepada firman-Nya. Kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendengarkan perkataan Allah dengan penuh perhatian yang sungguh, seperti orang yang takut kehilangan.
- (5) Kita harus mencenderungkan hati kepada firman-Nya, sebab bila tidak, sia-sialah kita mencondongkan telinga kepadanya.
- 2. Kita harus banyak berdoa (ay. 3). Kita harus berseru kepada pengertian, seperti orang yang sudah nyaris mati kelaparan meminta-minta makanan. Keinginan yang lemah tidak akan berguna. Kita harus mendesak-desak seperti orang yang tahu nilai pengertian dan kebutuhan kita akan hal itu. Kita harus berseru, bagaikan bayi yang baru lahir, untuk selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani (1Ptr. 2:2). Kita harus menujukan suara kita kepada kepandaian di sorga. Dari sanalah karunia-karunia yang baik dan sempurna itu harus diharapkan (Yak. 1:17; Ayb. 38:34). Kita harus memberikan suara kepada kepandaian (demikianlah arti perkataan itu), berbicara demi namanya, memilihnya. Lidah kita harus tunduk kepada perintah hikmat. Kita harus mengabdikan suara baginya. Setelah mencenderungkan hati kepadanya, kita harus menggunakan suara kita untuk mencarinya. Salomo mampu menulis probatum est – obat yang sudah teruji bagi cara ini. Ia berdoa meminta hikmat, dan ia pun memperolehnya.
- 3. Kita harus bersedia bersusah payah guna memperolehnya (ay. 4). Kita harus mencarinya seperti mencari perak, menginginkannya jauh melebihi semua kekayaan dunia ini. Mereka harus berupaya keras mencarinya seperti orang-orang yang menggali-gali di tambang-tambang, dengan menghadapi tantangan dan bahaya besar, dengan ketekunan tanpa kenal lelah dan keteguhan serta ketetapan hati yang tak terkalahkan dalam upaya mencari hasil tambang itu. Atau juga seperti orang-orang yang ingin kaya sehingga bangun pagi-pagi dan pergi tidur larut malam, melakukan apa saja guna memperoleh uang dan mengumpulkan harta. Harus serajin itulah kita dalam menggunakan sarana pengetahuan untuk mengenal Tuhan.
- II. Keberhasilan seperti apa yang dapat kita harapkan dengan menggunakan sarana-sarana ini. Jerih payah kita tidak akan sia-sia, sebab,
- 1. Kita akan tahu bagaimana memelihara pengenalan dan persekutuan kita dengan Allah: “Engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN (ay. 5). Artinya, engkau akan mengetahui cara menyembah Dia dengan benar. Engkau akan dituntun hingga mengerti dan mengetahui rahasia setiap ketetapan ibadah dan diberi kemampuan untuk menyadari tujuannya.” Engkau akan mendapat pengenalan akan Allah. Ini penting, supaya kita dapat takut akan Dia dengan cara yang benar. Sungguh penting bagi kita untuk mengerti betapa perlunya kita mengenal Allah, dan membuktikannya dengan cara mengasihi serta memuja Dia.
- 2. Kita akan tahu bagaimana harus membawa diri dengan benar terhadap semua orang (ay. 9): “Engkau akan mengerti melalui firman Allah, tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Engkau akan belajar tentang asas-asas keadilan, kemurahan hati, serta perlakuan adil, yang akan membimbing dan memimpinmu dalam seluruh perilakumu. Itu juga akan membuatmu layak bagi setiap hubungan dan urusan, serta membuatmu setia dengan setiap hal yang dipercayakan kepadamu. Hal ini bukan saja akan memberimu gagasan yang benar perihal keadilan, tetapi juga kecenderungan untuk melaksanakan serta membayar kewajibannya. Sebab, barang siapa tidak berlaku adil, ia tidak benar-benar memahami apa itu keadilan.” Hal ini akan membawa mereka ke dalam setiap jalan yang baik, sebab dengan firman Tuhan, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi. Perhatikanlah, orang-orang yang mengetahui kewajiban mereka memiliki pengetahuan yang terbaik (Mzm. 111:10).
- III. Dasar yang kita miliki untuk mengharapkan keberhasilan dalam mencari hikmat. Kita harus mencari dorongan hanya dari Allah (ay. 6-8).
- 1. Allah memiliki hikmat untuk dianugerahkan kepada kita (ay. 6). TUHAN bukan saja bijaksana, tetapi juga memberikan hikmat, dan itu lebih daripada yang mampu dilakukan orang paling bijak di dunia sekalipun, sebab sudah merupakan hak istimewa Allah untuk membuka pengertian manusia. Seluruh hikmat yang ada di dalam setiap makhluk ciptaan-Nya merupakan pemberian-Nya yang diberikan dengan cuma-cuma dan berlimpah (Yak. 1:5). Ia telah memberikannya kepada banyak orang, dan masih terus memberikannya sampai saat ini. Oleh sebab itu marilah kita memintanya hanya kepada Dia semata.
- 2. Ia telah memberkati dunia dengan pewahyuan kehendak-Nya. Dari mulut-Nya, melalui hukum Taurat dan mulut para nabi, melalui firman yang tertulis dan para hamba-Nya yang keduanya merupakan penyambung lidah bagi anak-anak manusia, datang pengetahuan dan kepandaian. Penemuan yang luar biasa perihal kebenaran dan kebaikan, yang bila pengaruhnya mau kita akui dan terima, akan membuat kita benar-benar berpengetahuan dan cerdas. Jadi, dengan adanya Kitab Suci itu kita sungguh dibuat untuk terlibat dan didorong untuk mencari hikmat di dalamnya. Kita akan menemukan hikmat itu apabila kita mencari dengan tekun.
- 3. Ia terutama telah menetapkan bahwa orang-orang baik yang benar-benar memberi diri untuk melakukan kehendak-Nya, akan mendapatkan pengetahuan dan kepandaian yang penting bagi mereka (Yoh. 7:17). Biarlah mereka mencari hikmat, dan mereka akan mendapatkannya. Biarlah mereka memintanya, dan hikmat itu akan diberikan kepada mereka (ay. 7-8).
- Amatilah di sini:
- (1) Siapa saja orang-orang yang mendapat perkenanan seperti itu. Mereka adalah orang-orang yang jujur, yang menyandang citra Allah yang diperbaharui di dalam diri mereka, yakni kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang tidak bercela lakunya, yang tulus dalam berurusan dengan Allah maupun manusia, dan dengan sadar melakukan kewajiban sejauh yang mereka ketahui. Mereka adalah orang-orang-Nya yang setia, berbakti bagi kehormatan-Nya dan disisihkan bagi pelayanan-Nya.
- (2) Apa saja yang disediakan bagi mereka.
- [1] Pengajaran. Berbagai sarana hikmat diberikan kepada semua orang, tetapi hikmat itu sendiri, atau pertolongan, hanya disediakan bagi orang yang jujur, yang menjadikan Kristus kepala mereka, karena di dalam Dia tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan ,yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Demikianlah, Roh pewahyuan di dalam firman adalah Roh yang sama yang menjadi Roh hikmat di dalam jiwa-jiwa mereka yang dikuduskan. Itu adalah hikmat orang bijaksana, yaitu untuk mengerti jalan-Nya. Ini adalah pertolongan dengan dasar yang kuat, asas-asas yang kokoh, yang memiliki buah-buah yang bertahan sampai selama-selamanya.
- [2] Kepuasan. Sebagian orang membaca ayat ini sebagai Ia menyediakan hakikat bagi orang-orang yang jujur, bukan sekadar pokok pengetahuan, melainkan juga kebahagiaan dan penghiburan yang sejati (Ams. 8:21). Harta kekayaan tidak membawa kebahagiaan, dan karena itu orang-orang yang memilikinya hanya mengkhayal saja bahwa mereka berbahagia. Sebaliknya, apa yang disediakan di dalam janji-janji-Nya dan di dalam sorga bagi orang-orang yang jujur akan membuat mereka benar-benar berbahagia sampai selama-lamanya.
- [3] Perlindungan. Orang-orang yang tidak bercela lakunya pun bisa saja dibawa ke dalam bahaya untuk menguji iman mereka. Tetapi Allah adalah dan tetap merupakan perisai bagi mereka, sehingga tidak ada suatu pun yang terjadi pada diri mereka dapat benar-benar mencelakai atau menguasai mereka dengan ketakutan luar biasa. Mereka tetap aman dan mereka pun akan berpikir demikian.Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu. Jalan mereka, yakni jalan keadilan yang mereka tempuh, diketahui, diakui, dan dipelihara Tuhan.
- [4] Anugerah untuk bertahan sampai akhir. Jika kita mengandalkan diri kepada Allah dan mencari hikmat dari-Nya, Ia akan menopang kita dalam kesetiaan kita. Ia akan memampukan kita untuk menjaga jalan keadilan, sebesar apa pun kita tergoda untuk menyimpang dari jalan itu. Sebab Ia memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia, supaya tidak menyimpang, sehingga dengan demikian memelihara mereka di dalamnya dengan aman tanpa cacat cela menuju kerajaan sorgawi-Nya. Jika menggunakannya dengan semestinya, keyakinan bahwa Allah telah memberikan kita anugerah-Nya akan meningkatkan semangat dan upaya kita dalam melakukan kewajiban kita.Kerjakan keselamatanmu, karena Allahlah yang bekerja di dalam kamu.
SH: Ams 2:1-22 - Sikap terhadap hikmat (Kamis, 22 Juli 1999) Sikap terhadap hikmat
Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat
dipaparkan penulis dari ayat 1 sampai 4. Mencermati semua si...
Sikap terhadap hikmat
Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat dipaparkan penulis dari ayat 1 sampai 4. Mencermati semua sikap ini, kita belajar bahwa untuk memperoleh hikmat, harus ada usaha yang serius, tidak mengenal lelah, bersemangat, dan terbuka untuk dipimpin oleh hikmat. Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dengan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari.
Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.
Renungkan: Siapa berhikmat, akan memiliki norma hidup sesuai dengan Allah.
SH: Ams 2:1-22 - Bersumpah sebelum bersaksi (Selasa, 18 November 2003) Bersumpah sebelum bersaksi
Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di
pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, se...
Bersumpah sebelum bersaksi
Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, selain saksi berjanji untuk mengatakan yang benar dan hanya yang benar, ia juga membutuhkan pertolongan Tuhan. Saya menyukai isi sumpah ini karena dalam pernyataannya, kebenaran dan Tuhan dikaitkan bersama. Si saksi mengakui bahwa ia memerlukan pertolongan Tuhan untuk mengatakan kebenaran. Memang dapat kita simpulkan, orang yang mencari kebenaran adalah orang yang sedang mencari Tuhan dan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang sedang mencari kebenaran (ayat 1-9). Hikmat tidak bertumbuh di tanah yang kotor. Hikmat tidak akan muncul dari hidup yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Hikmat adalah buah hidup yang benar. Secara khusus pada bagian Firman Tuhan ini, kita belajar bahwa hikmat adalah penangkal terhadap kejahatan dan perzinahan (ayat 10-19). Hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat berdisiplin diri untuk hidup dalam batas pagar. Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.” Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan memanggilnya “kesempatan”.
Hidup dalam batas pagar menuntut disiplin dan kedewasaan yang tinggi. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar (ayat 20-21).
Renungkan: Kebenaran pasti melahirkan kebenaran, dan dosa pasti melahirkan dosa.
SH: Ams 2:1-9 - Cari dan kejar (Kamis, 8 September 2011) Cari dan kejar
Tak banyak orang yang menganggap hikmat itu penting, terutama di zaman ini. Orang lebih mengutamakan pencapaian materi atau prestasi. ...
Cari dan kejar
Tak banyak orang yang menganggap hikmat itu penting, terutama di zaman ini. Orang lebih mengutamakan pencapaian materi atau prestasi. Nyatanya hikmat tidak bisa diukur secara fisik. Kita baru bisa melihat apakah seseorang itu berhikmat dari karakter dan nilai-nilai yang dia anut.
Bila Alkitab bicara tentang hikmat, maka kita bukan hanya bicara masalah konseptual. Bicara tentang hikmat berarti bicara tentang takut akan Tuhan dan pengenalan akan Dia (5-6). Itu berarti bicara hikmat adalah bicara kemampuan orang untuk hidup mengikuti kehendak Allah. Namun kemampuan itu bukan berasal dari orang itu sendiri, karena sumber hikmat ialah Tuhan (6). Hikmat itulah yang mewarnai hidup dan menolong orang untuk menjalani hari-harinya (7-9). Sebab itu orang harus merespons hikmat secara tepat. Orang harus menerima perkataannya, menyimpan perintahnya, serta memperhatikan dan mencenderungkan hati kepada hikmat (1-2). Di sisi lain, hikmat tidak selalu mudah didapat. Harus dicari (3-4) seperti orang mencari harta terpendam.
Akan tetapi siapa yang mau bersusah payah untuk memperoleh hikmat? Tidak banyak. Namun sebagai orang beriman kita harus tahu makna hikmat bagi kita. Karena dengan hikmatlah, Tuhan mengajar kita agar piawai menghindari berbagai jebakan terhadap iman kita. Dengan hikmatlah Tuhan mempersenjatai kita untuk melawan aneka jerat dosa. Dan satu-satunya cara agar kita memiliki hikmat adalah melalui persekutuan kita dengan Tuhan secara pribadi hari demi hari. Melalui pembacaan Alkitab setiap hari Tuhan akan mendidik kita agar menjadi pribadi yang bijak dan mengalami berkat yang tersedia bagi orang yang berhikmat. Melalui Alkitablah Tuhan menyatakan diri-Nya kepada kita. Hanya Alkitab yang dapat menjadi buku pegangan kita untuk tahu bagaimana kita harus hidup. Bahkan lebih dari itu, hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota (Pkh. 7:19). Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengisi hari-hari kita dengan mencari dan mengejar hikmat yang telah Dia sediakan bagi kita.
SH: Ams 2:1-9 - Sumber Hikmat Sejati (Kamis, 28 Juli 2022) Sumber Hikmat Sejati
Jika ditanya, apakah Anda ingin menjadi orang berhikmat? Saya yakin, hampir semua orang akan menjawab, "Ya". Namun, banyak orang...
Sumber Hikmat Sejati
Jika ditanya, apakah Anda ingin menjadi orang berhikmat? Saya yakin, hampir semua orang akan menjawab, "Ya". Namun, banyak orang tidak tahu bagaimana caranya untuk memperoleh hikmat. Sebagian orang mencoba mencari hikmat di dunia ini dengan berbagai cara. Misalnya dengan bersekolah setinggi mungkin, bertapa, atau bahkan ada yang berpikir kekayaan dapat membawa hikmat. Mungkin saja hal-hal tersebut dapat memberi hikmat kepada manusia; tetapi sebenarnya, itu semua hanyalah hikmat semu.
Bila dunia hanya mampu memberikan hikmat semu, lalu bagaimana caranya mendapatkan hikmat yang sejati? Amsal 2:1-9 yang kita baca hari ini memberitahukan kepada kita sumber hikmat sejati tersebut. Sumber hikmat yang sejati tidak lain adalah Tuhan sendiri. Dialah yang menganugerahkan hikmat kepada manusia melalui firman-Nya (6). Dari hal itu, kita tahu bahwa dunia bukanlah sumber hikmat karena sumber hikmat satu-satunya adalah Tuhan. Kita juga disadarkan bahwa kita tidak dapat mengandalkan diri kita sendiri, termasuk pengetahuan kita untuk mendapatkan hikmat, karena hikmat adalah pemberian atau anugerah Tuhan kepada manusia.
Meskipun hikmat merupakan pemberian Tuhan, hikmat tidak datang atau menjadi milik seseorang dengan begitu saja. Penulis amsal memaparkan bahwa hikmat juga harus diminta, dicari, dan dikejar (3-5). Berseru, meminta, mencari, dan mengejar merupakan tindakan aktif yang mengindikasikan adanya kerinduan mendalam akan hikmat dan kesadaran penuh akan pentingnya hikmat. Kepada orang yang seperti itulah, Tuhan menganugerahkan hikmat-Nya.
Apakah kita ingin memperoleh hikmat? Ingatlah bahwa sumbernya adalah Tuhan dan firman-Nya. Oleh karena itu, jika kita menginginkan hikmat Tuhan, kita harus selalu dekat dengan sumbernya, yaitu Tuhan dan firman-Nya. Renungkanlah seberapa dekat kita dengan Tuhan dan firman-Nya. Salah satu indikatornya adalah seberapa banyak waktu yang sudah kita habiskan untuk berada bersama Tuhan dan firman-Nya. [ABL]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.